Sabtu, 19 November 2011

Tulisan 5

NAMA            : GITA AYU PUSPAHATI
NPM            : 13211083
KELAS        : 1EA19
MATA KULIAH    : ILMU BUDAYA DASAR


Tulisan 5
1.    Buat tulisan dengan tema penderitaan manusia!

                                              Penderitaan Kita di Negara Sendiri

    Membaca judulnya saja mungkin orang sudah mengetahui betapa mirisnya penderitaan yang kita alami di negara sendiri. Penderitaan ini dimulai sejak Indonesia belum ‘lahir’ atau merdeka. Sejak saat dijajah oleh berbagai macam negara mulai dari Portugis, Inggris, Belanda hingga Jepang, Indonesia mengalami tekanan dan penderitaan di berbagai aspek. Bayangkan saja kita dijajah Belanda saja 350 tahun lamanya. Belum lagi dijajah Jepang yang lamanya juga lumayan yaitu 4 tahun.
    Selama bangsa ini dijajah dan dijarah, rakyat Indonesia sangat menderita. Saat Belanda berkuasa 3,5 abad silam kaum perempuan dilarang bersekolah. Rempah-rempah yang melimpah pun di kuasai begitu saja oleh Belanda yang kejam. Kaum lelaki dijadikan budak untuk menuruti semua kemauan para kolonial Belanda, sedangkan kaum perempuan dijadikan budak seks untuk memuaskan hasrat para penjajah.
    Sungguh BIADAB memang Belanda ini tak cukup merampas seluruh kekayaan rempah-rempah yang ada di negara ini juga merampas semua kebebasan rakyat Indonesia.
   
    Sekitar tahun 18xx lahirlah RA Kartini, beliaulah pelopor buku ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’. Beliau adalah anak dari bangsawan Indonesia. Beliau berani dan mampu mendirikan sebuah sekolah untuk kaum perempuan saat itu. Tapi, usahanya itu tidak mudah. Berulang kali sekolah yang didirikannya itu dibubarkan paksa oleh Belanda, berulang kali juga Kartini berusaha mendirikannya lagi.

    Tak berhenti disitu penderitaan yang dialami oleh rakyat Indonesia. Saat pemerintahan Dendless kaum lelaki diperintahkan untuk membuat sebuah jalan dari Anyer hingga Panurukan (Jawa Timur). Kalian bisa bayangkan betapa menderitanya mereka? Mereka dipaksa kerja keras untuk menghasilkan rempah-rempah untuk kaum Belanda. Kerja keras mereka saat penjajahan zaman Belanda dinamakan kerja rodi.

    Saat proklamator kita lahir Bung Karno dan Bung Hatta, negara ini agak membaik dari keadaan sebelumnya. Mereka dan rakyat Indonesia berjuang memerdekan bangsa ini. Berbagai macam cara mereka lakukan.
    Saat itu kita sedang dijajah oleh Jepang. Pada tanggal 14 Agustus 1945 2 kota di Jepang Hiroshima dan Nagasaki di bom oleh sekutu. Malamnya para proklamator berdiskusi mendiskusikan kapan bangsa ini memproklamasikan kemerdekaannya. Sayuti Melik yang membuat naskah proklamasi didiktekan oleh Bung Karno.
    Tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 dijalan Pegangsaan Timur no.56 Bung Karno membacakan naskah tersebut didampingi oleh Bung Hatta sebagai wakilnya. Saat itu Indonesia bebas dari penjajah.

    Tetapi, sungguh ironis sekali bagi bangsa ini walaupun katanya kita sudah bebas dari para penjajah, tetapi bangsa ini belum juga merdeka seutuhnya. Bayangkan saja di bidang ekonomi kita masih dikuasai oleh bangsa asing yang mendominasi perusahaan di negara ini. Tak hanya itu, KKN yang merajalela di negara ini pun ‘tumbuh subur’ bak tanaman. Suap dimana-mana, korupsi hingga triliunan rupiah, nepotisme kerap terjadi. Saat ini mungkin korupsi sudah menjadi trend atau mungkin life style bagi para petinggi negara yang seharusnya mensejahterakan rakyat tetapi mereka malah memikirkan perutnya sendiri.
    Hukum yang para koruptor dapat juga tidak sebanding penderitaannya dengan rakyat Indonesia sekarang ini. Siapa yang mau peduli kalau masih ada saja segelintir warga yang tinggal di bantaran kali, di kolong jembatan, bahkan di jalanan. Bahkan siapa yang mau membela saat saudara kita sebangsa yang sedang bekerja di negara orang yang jauh dimata hendak di pasung karena berbuat kesalahan kecil. Kalau bukan Presiden yang turun tangan siapa lagi? Kalau tidak diberitakan melalui media elektronik siapa yang tahu? Agak gregetan juga saya dengan bangsa ini, ingin sekali saya menghilangkan judul yang melekat saat ini ‘Yang Kaya Makin Kaya Yang Miskin Makin Miskin’. Berbicara tanpa membuktikan itu memang mudah sekali semudah membalikkan telapak tangan.
    Untuk para remaja saat ini yang menjelang dewasa, marilah kita berbuat kejujuran dan kebaikan dimanapun kita berada, karena kejujuran saat ini sangat MAHAL harganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar